Amiinsaja.com – Akhlak Mengundang Dan Bertamu, Dalam kehidupan masyarakat berbagai kegiatan dan hajat yang membutuhkan kebersamaan dan kehadiran orang lain adalah hal yang sering kita jumpai. Baik secara pribadi maupun organisasi, undangan merupakan sesuatu yang lazim terjadi.
Baik yang mengundang maupun yang diundang diatur dalam Islam dengan berbagai adab sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Akhlak mengundang dan Bertamu merupakan adab yang harus di perhatikan dan sebaiknya di laksanakan sebagaimana tuntunan Islam ketika mengundang dan bertamu.
Dalam posisi kita sebagai pengundang, tentu berharap banyak akan kehadiran orang-orang yang diundang, agar apa yang menjadi hajat dapat terpenuhi dan terlaksana. Dan dalam hal seseorang menjadi pihak tamu atau yang diundang maka perlu memperhatikan berbagai ketentuan yang sudah ditentukan oleh pengundang maupun ketentuan kaidah secara umum sebagai bentuk akhlak ketika bertamu.
Adab Bagi Pengundang
1. Mengundang yang bertakwa
Mengundang orang yang mukmin dan bertakwa diharapkan dapat memberi pengaruh baik dalam keimanan seseorang.
اَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا,وَلاَ يَأْكُلُ طَعَامَك َإِلاَّ تَقِيٌّ
Artinya: “Janganlah engkau berteman melainkan dengan seorang mukmin, dan janganlah memakan makananmu melainkan orang yang bertakwa” (HR Abu Dawud).
2. Tidak membedakan undangan orang Kaya atau miskin
Dalam menyebar undangan, dilarang berlaku tidak adil dengan membeda-bedakan orang yang kaya dan orang yang miskin, misalnya untuk orang kaya ditempatkan di waktu dan tempat yang berbeda dan jamuan atau hidangannya juga dibedakan, ada yang kelas VIP ada yang biasa. Rasulullah SAW Bersabda:
شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ
Artinya: “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang- orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Mempunyai tujuan positif dan tidak membebani
Mengundang seseorang jangan diniatkan untuk mendapatkan keuntungan, tetapi sebaiknya bertujuan memberikan kebahagiaan. bukan justru memberi beban, ketika seseorang yang diundang membawa bantuan itu merupakan anugrah tersendiri yang bukan merupakan syarat dan tujuan. sehingga ketika ada yang datang memenuhi undangan kita dengan tidak membawa apa-apa tidak seharusnya menjadi bahan gunjingan ataupun dicela.
4. Menyambut dengan ramah dan penuh hormat
Menyambut tamu sudah hal yang seharusnya karena mereka datang atas undangan kita, bersikaplah ramah dengan wajah berseri, jangan sampai yang hadir merasa tidak dimuliakan apalagi merasa terhina.
مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى
Artinya: “Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal.” (HR Bukhari).
Memuliakan Tamu hukumnya wajib, dan sangat erat hubungannya dengan keimanan seseorang, maka ketika tamu datang muliakan sesuai dengan kemampuan kita. Dalam hadits riwayat Muslim dan Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”
5. Memberi hidangan dengan cepat sesuai kemampuan
Menghidangkan makanan sesuai kemampuan karena terlalu sedikit mengurangi kedermawanan dan jika terlalu banyak mengandung unsur Riya. Menyuguhkan hidangan merupakan akhlak yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim yang mendapat gelar “Abu Difan” (Bapak Para Tamu), gelar ini dikarenakan nabi Ibrahim sangat memuliakan tamu dengan memberi hidangan bahkan kepada yang tidak dikenalnya (malaikat yang menyamar).
فَرَاغَ إِلَىٰ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِينٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ أَلَا تَأْكُلُونَ
Artinya: “Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim) sambil berkata: ‘Tidakkah kalian makan?’” (QS. Az- Zariyat : 26-27)
6. Jangan membereskan hidangan sebelum para tamu selesai menikmatinya
Membereskan hidangan sebelum tamu selesai makan sama halnya menyuruh berhenti. dan hal ini akan membuat perasaan tidak enak. sebaiknya ajak mereka berbincang-bincang dengan pembicaraan yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamit pulang.
7. Mendahulukan tamu yang sebelah kanan daripada yang sebelah kiri.
Hal ini dilakukan apabila para tamu sudah duduk dengan tertib, persilahkan tamu yang berada di sebelah kanan dahulu baru ke sebelah kiri.
8. Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda
Mempersilahkan makan, atau hal lainnya diutamakan kepada yang lebih tua terlebih dahulu.
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Artinya: “Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami.” (HR Bukhari).
9. Mempersilahkan jika ingin menginap
Sikap ini sesuai dengan ketentuan dalam hadits muttafaqun’alaih berikut:
الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ
Artinya: “Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya. Para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?” Rasulullah SAW berkata: “Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.” (Muttafaq ‘alih)
10. Mengantarkan tamu yang mau pulang sampai ke depan rumah.
Dikisahkan ada seorang wanita di zaman Nabi. Dia mengeluh kepada Rasulullah SAW karena perilaku suaminya yang selalu mengundang orang datang ke rumahnya dan menjamunya. hal ini menyebabkan dirinya repot dan merasa kelelahan. Rasulullah diam tidak menanggapi, hingga suatu hari, Rasulullah SAW ke rumah suami-istri tersebut lalu berkata kepada sang suami: “Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini.”
Betapa bahagianya mereka ucapan Rasulullah SAW tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya dan Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat. Dia melakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya.
Ketika Rasulullah SAW hendak pamit, beliau berkata kepada sang suami: “Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar.”
Maka sang istri melihat Rasulullah SAW keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang² melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah SAW. Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Seperti itulah yang terjadi setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pulalah segala bala, bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu.”
Adab Bertamu
Adab bagi orang yang bertamu adalah sebagai berikut:
1. Wajib memenuhi undangan
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang diundang maka datangilah!” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
“Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari)
2. Tidak terlambat kecuali ada udzur
Islam sangat menghargai waktu dan kedisiplinan, sampai dalam surat Al-‘Ashr Allah SWT bersumpah “Demi waktu”, dan tentang kedisiplinan, tercermin dalam berbagai keutamaan tentang Shalat di awal waktu. Maka dalam memenuhi undangan pun sebaiknya tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah dicantumkan dalam undangan baik secara lesan maupun secara tertulis.
3. Tidak membedakan siapa yang mengundang, tidak pula yang jauh atau yang dekat
Mendatangi undangan adalah anjuran Rasulullah SAW, bahkan jika mengabaikan undangan akan dinilai bermaksiat -kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
wajib hukumnya hadir tanpa membedakan siapa yang mengundang.
4. Memberi salam sesuai tuntunan Islam
Tata cara memberi salam sesuai tuntunan Islam harus diperhatikan dalam bertamu:
عن أبى موسى الاشعريّ رضي الله عمه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلم: الاستئذانُ ثلاثٌ، فان أذن لك و الاّ فارجع
Dari Abu Musa Al-Asy’ary ra, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Mengetuk pintu secara pelan
Dalam kitab Al Adabul mufrod disebutan:
“Kami di masa Nabi SAW mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR.Bukhari)
6. Jangan berdiri persis di depan pintu
كان رسول الله إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها الأيمن أو الأيسر و يقول السلام عليكم السلام عليكم
Dari Abdullah bin Bisyr ia berkata: “Adalah Rasulullah SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum… assalamu’alaikum…” (HR. Abu Dawud)
7. Tidak mengintip keadaan rumah
Dilarang mengintip rumah seseorang meskipun hanya sekedar ingin memastikan ada orang atau tidak. hal ini sesuai dengan hadits:
“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari Kitabul Isti’dzan)
8. Jangan berlama-lama bertamu, kecuali atas permintaan pengundang
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar.” (Qs. Al Azab: 53)
9. Jika Sedang berpuasa doakanlah
Rasulullah SAW bersabda :
“Jika salah seorang di antara kalian di undang, hadirilah! Apabila ia puasa, doakanlah! Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (HR. Muslim)
10. Jika kita membawa teman, sebaiknya minta izin terlebih dahulu kepada yang mengundang
“Ada seorang laki-laki di kalangan Anshor yang biasa dipanggil Abu Syuaib. Ia mempunyai seorang anak tukang daging. Kemudian, ia berkata kepadanya, “Buatkan aku makanan yang dengannya aku bisa mengundang lima orang bersama Rasulullah SAW. Kemudian, Rasulullah SAW mengundang empat orang yang orang kelimanya adalah beliau. Kemudian, ada seseorang yang mengikutinya. Maka, Rasulullah SAW berkata, “Engkau mengundang kami lima orang dan orang ini mengikuti kami. Bilamana engkau ridho, izinkanlah ia! Bilamana tidak, aku akan meninggalkannya.” Kemudian, Abu Suaib berkata, “Aku telah mengizinkannya.”” (HR. Bukhari)
11. Membawa buah tangan jika mampu
Rasulullah SAW bersabda: “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
12. Mendoakan tuan rumah yang telah menghidangkan makanan
“Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman.” (HR. Muslim)
13. Bersikap tawadu dan duduk di tempat yang disediakan oleh pengundang
Jangan duduk dan jangan makan sebelum dipersilahkan, kita harus menghargai tuan rumah dalam menyediakan tempat untuk kita. Tunjukan sikap sopan dan penuh akhlak.
14. Pamit ketika pulang
Jangan pulang dengan tanpa berpamitan, pamit merupakan sikap yang menunjukkan keikhlasan kita terhadap sikap tuan rumah.
15. Jangan mengumpat dan menceritakan kekurangan tuan rumah
Jika menemui hal-hal yang kurang baik dan kurang memuaskan, atau kekurangan tuan rumah, maka jangan menceritakan apalagi mengumpat dengan kata-kata yang tidak terpuji agar mendapat kebaikan dan pahala silaturahim
Demikian keterangan tentang adab atau akhlak mengundang dan bertamu, semoga dapat diamalkan sehingga mencerminkan wajah Islam yang indah.
Wallohu a’lam bissowab
Mau tanya Abi Adam klo semisal ada tamu tetapi ngepasi kita keburu2 ada acara bgmn sikap kita selaku tuan rumah ya
Yang kedua kalau ada tamu lamaa banget di tempat kita padahal kita sudah ngantuk dan pengin istirah bgmn sikap kita selaku tuan rumah
terima kasih atas pertanyaanya,
Pertama, Ya ga papa Ibu…etikanya tetap dipersilahkan duduk tetapi awali dengan permintaan maaf kalau buru-buru mau ada kepentingan. sehingga tamunya pasti akan menyesuaikan diri..
Kedua, mestinya tamu tau etika bertamu menurut Syariah terutama Al Qur’an tidak boleh berlama-lama, tetapi jika tamunya tidak paham, dan tidak pulang-pulang, maka sampaikan permohonan maaf, dan tanyakan apakah boleh jika obrolanya dilanjut lain waktu? karena besok ada tugas lain sehingga sy harus istirahat. jangan lupa sambil tersenyum hehehhe
Ternyata bgtu ya ….ga boleh ngintip..padahal biasanya kl lama ga di buka ya ngintip.. penasaran… berarti nanti kl bertamu keponya di tahan
🤭🙏🙏🙏
sebaiknya begitu, karena sudah tahu…
Makasih tadz
sama-sama