Beranda Aminsaja News Asal Usul Kyai

Asal Usul Kyai

159
0
Asal Usul Kyai

Aminsaja.comAsal Usul Kyai. Di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jawa, istilah “kyai” sangat dikenal dari zaman dahulu hingga saat ini. Istilah ini merupakan penulisan dalam aksara latin Jawa Baru, yang dalam bahasa Indonesia kemudian dibakukan menjadi “kiai”.

Bagaimana sebetulnya awal munculnya istilah ini, hingga ia berkembang menjadi sebutan gelar bagi ulama agama Islam, khususnya di Pulau Jawa, sebagaimana yang secara umum berlaku sekarang? Tulisan singkat ini akan mencoba menjelaskan asal-usulnya.

Dalam naskah kuno, kata “kyai” ternyata tertulisnya “kyayi”. Salah satu contohnya adalah mertua Ranggalawe tertulis bernama “Kyayi Geng ing Palandongan”.

Kata “kyayi” di situ kemungkinan besar merupakan gabungan dari kata “ki” dan “ayi”. Berdasarkan hukum sandi, bunyi “i” bertemu “a” kemudian menjadi “ya”.

“Ki” adalah kependekan dari kata “aki” atau “kaki” yang bermakna “kakek”. Sedangkan “ayi” merupakan sinonim dari “ari” atau “adi” yang berarti “adik”. Seringkali kata “ayi” dilengkapkan menjadi “rayi” atau sering pula diucap menjadi “yayi”.

Jadi, istilah “kyayi” merupakan gabungan dari kata “ki” yang berarti “kakek” dan “ayi” yang berarti “adik”. Untuk lebih jelasnya lihat ilustrasi yang ditampilkan pada bagian bawah tulisan ini.

Mungkin pada awalnya istilah “kyayi” adalah sebutan untuk “adik(nya) kakek”, atau bisa juga berarti “kakek kecil”, yaitu paman dari ayah atau ibu. Namun seiring berjalannya waktu, panggilan “kyayi” kemudian menjadi bersifat umum, yaitu untuk menyebut “laki-laki tua atau dewasa yang dihormati”.

Untuk istilah “kyayi”, hingga saat ini masih di lestarikan di wilayah Bali. Sedangkan di Jawa, sekarang kata ini berubah menjadi “kyahi”, yang karena bunyi “H” seringkali diucap samar maka kemudian berubah menjadi “kyai”. Untuk perubahan “Y” menjadi “H”, ini adalah kasus disimilasi antara golongan aksara ardhaswara dengan wisarga yang posisinya dalam warga aksara saling berdekatan.

Pada perkembangan berikutnya dalam tradisi Jawa, istilah “kyahi” kemudian tidak hanya digunakan untuk menyebut “laki-laki tua atau dewasa yang dihormati”, melainkan juga untuk menyebut “segala hal yang dihormati bagaikan orang tua”. Termasuk di sini benda-benda pusaka dan binatang peliharaan yang di istimewakan.

Semoga artikel ini bermanfaat. Amien.

Wallahu A’lamu Bissowab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here