Beranda Keutamaan Bersungguh-sungguh Untuk Mencari Laitul Qadr

Bersungguh-sungguh Untuk Mencari Laitul Qadr

119
0
Bersungguh sungguh Untuk Mencari Laitul Qadr

Aminsaja.comBersungguh-sungguh Untuk Mencari Laitul Qadr. Meraih kemuliaan Lailatul Qadar merupakan dambaan tiap Muslim di Bulan Ramadan. Karena itu, perlu mengetahui tanda-tanda malam Lailatul Qadar agar berlimpah keberkahan dan ampunan.  Lailatul Qadar merupakan salah satu momen yang paling ditunggu umat Islam di Bulan Ramadan. Malam itu disebut dalam Alquran dan hadits malam istimewa yang lebih baik dari 1.000 bulan.

Dari Aisyah radhiallahu’anha, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:

تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ

Artinya: “Carilah oleh kalian keutamaan lailatul qadr (malam kemuliaan) pada malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan”.

Takhrij Singkat Hadits

Hadits ini shahih. Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya (2017), Muslim dalam kitab Shahih-nya pula (1169), dan para Imam hadits lainnya; dari hadits Aisyah radhiallahu’anha.

Artinya: “Malam kemuliaan” dikenal dengan malam Lailatul Qadr, yaitu satu malam yang penuh dengan kemuliaan, keagungan dan tanda-tanda kebesaran Allah SWT karena malam itu merupakan permulaan diturunkannya Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: “(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. (2) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (3) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. (5) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 1-5).

Dan juga Allah berfirman dalam ayat lain sebagai berikut:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi” (QS. Ad-Dukhaan: 3).

Imam Ibnu Katsir RA (774 H) ia berkata, “(Malam yang diberkahi) itulah Lailatul Qadr, (yang terjadi) pada bulan Ramadan, sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Artinya: “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an…” (QS. Al-Baqarah: 185).

Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma dan yang lainnya berkata, ‘Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah (di langit dunia) secara langsung (sekaligus), kemudian menurunkannya kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa-peristiwa (yang terjadi semasa hidupnya) selama dua puluh tiga tahun” [Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim (8/441)].

Dengan demikian, jelaslah alasan mengapa Rasulullah SAW perintahkan umatnya agar sungguh-sungguh mencari keutamaan malam Lailatul Qadr ini. Terlebih lagi, pada hadits yang lain beliau menjelaskan sebagai berikut:

أتاكُم رَمضانُ شَهرٌ مبارَك ، فرَضَ اللَّهُ عزَّ وجَلَّ عليكُم صيامَه ، تُفَتَّحُ فيهِ أبوابُ السَّماءِ ، وتغَلَّقُ فيهِ أبوابُ الجحيمِ ، وتُغَلُّ فيهِ مَرَدَةُ الشَّياطينِ ، للَّهِ فيهِ ليلةٌ خيرٌ من ألفِ شَهرٍ ، مَن حُرِمَ خيرَها فقد حُرِمَ

Artinya: “Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi, Allah SWT wajibkan kalian untuk berpuasa padanya, dibukakan padanya pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka Jahim, dan dibelenggu setan-setan yang membangkang. Pada bulan tersebut, Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (seseorang beribadah selama itu). Barangsiapa terhalang dari kebaikannya, sungguh ia orang yang terhalang (dari seluruh kebaikan)” [Shahih. Hadits yang mulia dengan lafazh seperti ini diriwayatkan oleh an-Nasa-i (2106) dan Ahmad (12/59) dari hadits Abu Hurairah RA. Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah (1644) dari hadits Anas bin Malik RA. [Shahih al-Jami’ (55) dan Shahih at-Targhib wat Tarhib (1/241 nomor 999 dan 1000). Dan sebagian lafazh dan makna hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari (1899 dan 3277), dan Muslim (2/758 nomor 1079)].

Imam ath-Thabari RA (310 H) dan Imam Ibnu Katsir RA (774 H) ia berkata, “Sufyan ats-Tsauri berkata, telah sampai kepadaku perkataan Mujahid (tentang firman Allah):

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan“. (QS. Al-Qadr: 3).

Beliau berkata, amal (shalih), puasa, dan salat pada malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan (seseorang
melakukan ibadah)” [Tafsir ath-Thabari (30/314) dan Tafsir al-Quranil Azhim (8/443)].

Adapun maksud para ulama tafsir bahwa ibadah pada malam Lailatul Qadr lebih utama dari ibadah selama seribu
bulan adalah (seribu bulan) yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr [Tafsir ath-Thabari (30/314-315), al-Jami’ li Ahkamil Quran (20/121), Tafsir al-Quranil Azhim (8/443), ad-Durrul Mantsur (8/568), dan Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan (2/1185)].

Bahkan, malam tersebut diliputi kesejahteraan dan keselamatan, sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (QS. Al-Qadr: 5).

Maksudnya adalah pada malam Lailatul Qadr penuh dengan seluruh kebaikan dan keberkahan, selamat dari segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya. Ini adalah perkataan sebagian besar ulama seperti Mujahid (104 H), Nafi’ (117 H), Qatadah (± 113 H), Ibnu Zaid, Abdurrahman bin Abi Laila (83 H), dan lain-lainnya [6. Lihat Tafsir ath-Thabari (30/315), al-Jami’ li Ahkamil Quran (20/124), Tafsir al-Quranil Azhim (8/444), ad-Durrul Mantsur (8/568), dan Taisirul Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan (2/1185)].

Adapun yang dikatakan oleh Asy Sya’bi RA (± 101 H) adalah pada malam itu para malaikat memberikan ucapan
salam kepada para penghuni masjid-masjid (yang beribadah di dalamnya) sampai terbit fajar [al-Jami’ li Ahkamil Quran (20/124), dan Tafsir al-Quranil Azhim (8/444)].

Wallahu A’lamu Bissowab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here