Aminsaja.com – Hukum Menghormati Bendera dan Mengibarkannya. Bendera Merah Putih resmi dijadikan sebagai bendera nasional Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945. Telah ada pengaturan mengenai ketentuan ukuran bendera, penggunaan, penempatan, hingga aturan pidana terhadap pihak yang menghina Bendera Negara. Aturan tersebut termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
Peran generasi muda Indonesia zaman sekarang adalah mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan bersifat positif. Selain giat belajar, kegiatan positif pemuda di antaranya memupuk rasa cinta tanah air dan patriot bangsa, salah satunya memahami simbol-simbol bendera.
Adapun perihal penghormatan pada bendera dan simbol kenegaraan lainnya tidak bisa dianggap sebagai bentuk penyembahan kepada makhluk-Nya. Karena penghormatan kepada bendera atau simbol kenegaraan lainnya merupakan bentuk ungkapan rasa cinta dan ungkapan semangat menjaga Tanah Air.
Setiap merayakan hari kemerdekaan negara Indonesia, masyarakat diharuskan untuk memperingatinya, yang salah satunya dengan cara mengadakan upacara bendera. Dalam upacara tersebut tentunya tidak terlepas dari penghormatan pada bendera. Dari permasalahan tersebut, bolehkah kita sebagai warna negara, melakukan penghormatan pada bendera tersebut?. Rincian sebagai berikut:
Hukum menghormati bendera
a. Tidak boleh, Apabila Penghormatan Tersebut Dilakukan dengan Cara Bersujud
والقسم الثاني الأفعال كسجود لصنم أو شمس أو مخلوق آخر {إسعاد الرفيق, ج 1, ص 55}
“Pembagian yang kedua adalah kufur dari jenis perbuatan seperti sujud pada berhala atau matahari atau makhluk yang lain”.{Is’ad Ar-Rafiq, juz 1, hal. 55)
2. Boleh, Apabila dalam Memberikan Penghormatan Tersebut tidak sampai Mengagungkan Seperti Mengagungkan Allah SWT.
فإن قصد تعظيم مخلوق بالركوع كما يعظم الله به فلا فرق بينهما في الكفر حينئذ اه. شرح م ر وقوله فإن قصد تعظيم مخلوق إلخ أي فلو لم يقصد ذلك لم يكن كفرا بل لا يكون حراما أيضا {حاشية الجمل, ج 5 ص 124 }
Apabila sengaja mengagungkan makhluk dengan cara ruku’ seperti cara mengagungkan Allah SWT tidak ada perbedaan keduanya, maka hukumnya kufur, apabila tidak ada tujuan demikian, maka hukumnya tidak kufur dan tidak haram (boleh). (Hasyiyah Al-Jamal, juz 5, hal. 124)
Hukum mengibarkan bendera
Setiap negara pasti mempunyai bendera sebagai lambang kebesaran dari negara tersebut, misalnya negara Indonesia yang mempunyai kebesaran merah putih. Pada setiap momen-momen tertentu, seperti halnya ketika memperingati HUT kemerdekaan NKRI, pemerintah mewajibkan setiap warga negara untuk mengibarkan bendera merah putih pada setiap rumah. Bagaimanakah hukum mengibarkan bendera menurut Islam. Adakah dalil yang menerangkan?
Hukum mengibarkan bendera merah putih adalah boleh, karena Nabi juga pernah memerintahkan sahabat Zubair untuk mengibarkan sebuah bendera pada suatu tempat, sebagaimana keterangan dalam kitab Shahih Al-Bukhari:
حدثنا محمد بن العلاء, حدثنا أبو أسامة, عن هشام بن عروة, عن أبيه عن نافع بن جبير قال: سمعت العباس يقول للزبير, رضي الله عنهما ها هنا أمرك النبي صلى الله عليه وسلم أن تركز الراية (صحيح البخاري, ج 2, ص 303)
Artinya: “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Al-Alla’ Abu Usamah telah bercerita kepadaku, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Nafi’ bin Jubair, dia berkata; “Aku telah mendengar Ibnu Abbas berkata kepada Zubair, semoga Allah SWT meridhai keduanya, di tempat ini Nabi Muhammad SAW menyuruhmu untuk mengibarkan bendera.” (Shahih Al-Bukhari, bab Maqiila fii liwaa’i An-Nabi, juz 2, hal. 303)
Mengibarkan bendera merah putih untuk membangkitkan semangat berjuang. Rasulullah SAW sendiri menggunakan panji-panji di sejumlah peperangan. Berikut ini riwayat Anas bin Malik RA.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم أخذ الراية زيد فأصيب
ثم أخذها جعفر فأصيب ثم أخذها عبد الله بن رواحة فأصيب وإن عيني رسول الله صلى الله عليه وسلم لتذرفان ثم أخذها خالد بن الوليد من غير إمرة ففتح له
Artinya, “Dari Anas RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW menceritakan bagian dari perang Mu’tah, “Panji perang dipegang oleh Zaid, lalu ia gugur. Panji perang kemudian diambil alih oleh Ja‘far bin Abi Thalib, ia pun kemudian gugur. Panji diraih oleh Abdullah bin Rawahah, ia pun gugur [sampai di sini kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata, kata Anas]. Panji perang lalu diambil Khalid bin Walid dengan inisiatifnya. Ia maju menghantam pasukan musuh hingga mereka takluk di tangannya,” (HR Al-Bukhari).
Sekali lagi bendera ini bukan perihal baru. Bahkan ini sudah menjadi tradisi masyarakat Arab sebelum Islam. Tradisi bendera sebagai salah satu alat efektif untuk mengobarkan semangat masyarakat demi menjaga kedaulatan tanah air digunakan oleh Rasulullah SAW. Keterangan Ibnu Hajar Al-Asqalani berikut penjelasannya:
وكان النبي صلى الله عليه و سلم في مغازيه يدفع إلى رأس كل قبيلة لواء يقاتلون تحته
Artinya, “Rasulullah SAW dalam sejumlah peperangannya memberikan panji-panji kepada setiap pemimpin kabilah. Di bawah panji itu mereka berperang membela keadilan dan kedaulatan,” (Lihat Ibu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, Beirut, Darul Ma’rifah, Tahun 1379, Juz 6, Halaman 127).
Kesimpulan di atas hormat kepada bendera merah putih saat melakukan upacara bendera diperbolehkan dan tidak diharamkan secara hukum agama
Wallahu A’lam bissowab