Beranda Kajian Fiqih Islam Hukum Salat Jenazah Setelah Asar Boleh Atau Tidak

Hukum Salat Jenazah Setelah Asar Boleh Atau Tidak

80
0
Hukum Salat Jenazah Setelah Asar Boleh Atau Tidak

Aminsaja.comHukum Salat Jenazah Setelah Asar Boleh Atau Tidak. Salat jenazah adalah salah satu kewajiban kolektif (fardhu kifayah), sehingga ketika salah seorang di suatu tempat sudah melaksanakannya maka kewajiban sudah gugur bagi yang lain. Meski demikian, melaksanakan salat jenazah tetap merupakan suatu anjuran bagi siapa pun yang mengetahui kematian saudara Muslimnya.

Nah bagaimana hukumnya salat jenazah setelah salat asar?.

Hukum mensalatkan mayat setelah asar boleh seperti yang diterangkan oleh Imam An-Nawawi sebagai berikut:

أن النهي إنما هو عما لا سبب له, لأالنبي صلى الله عليه وسلم صلى بعد العصر ركعتين قضاء سنة الظهر, فخص وقت النهي وصلى به ذات السبب, ولم يترك التحية في حال من الأحوال, بل أمر الذي دخل المسجد يوم الجمعة وهو يخطب فجلس أن يقوم فيركع ركعتين مع أن الصلاة في حال الخطبة ممنوع منها إلا التحية

Artinya: “Sesungguhnya larangan tersebut adalah bersifat umum, jika dilakukan tanpa sebab. Justru Nabi SAW pernah salat setelah Asar sebagai qadha salat sunah zuhur. Maka larangan ini tidak berlaku jika salat tersebut memiliki sebab. Dan salat tersebut tidaklah ditinggalkan dalam keadaan apapun. Bahkan Rasulullah SAW pernah memerintahkan ketika beliau sedang khotbah jumat kepada orang yang masuk ke masjid dan duduk, untuk melaksanakan salat dua rakaat. Padahal, salat ketika khotbah adalah terlarang, kecuali Tahiyatul Masjid (salat memiliki sebab)”. (Syarh Shahih Musli,, Juz.3, hal. 34)

Dan juga Syekh Sayyid Sabiq berkata:

و تختلف عن سائر الصلوات المفروضة في أنه لا يشترط فيها الوقت بل تؤدي في جميع الأوقات متى حضرت ولو في أوقات النهي

Artinya: “Salat jenazah itu berbeda dengan semua salat wajib lainnya, yakni dia tidak disyaratkan dilakukan pada waktu tertentu. Bahkan dia boleh dilaksanakan di semua waktu sepanjang jenazah itu ada, walau pada waktu-waktu dilarangnnya salat.” (Fiqhus sunnah, juz 1, hal. 522).

Juga diperkuat oleh Imam An-Nawawi ia mengklaim adanya ijma’ (Kesepakatan) para ulama tentang bolehnya salat di waktu tersebut. Dengan keterangan sebagai berikut:

قال بعضهم: إن المراد بالقبر صلاةو الجنازة وهذا ضعيف لأن صلاة الجنازة لا تكره في هذالوقت بالإجماع فلا يجوز تفسير الحديث بما يخالف الإجماع , بل الصواب أن معناه تعمد تأخير الدفن إلى هذه الأوقات كما يكره تعمد تأخير العصر إلى إصفرار الشمس بلا عذر, وهي صلاة المنافقين كما سبق في الحديث الصحيح( قام فنقرها أربعا) فأما إذا وقع الدفن في هذه الأوقات بلا تعمد فلا يكره

Artinya: “Sebagian mereka berkata: Maksud dari “menguburkan” adalah salat jenazah, ini adalah pendapat yang lemah. Karena salat jenazah tidaklah makruh pada waktu-waktu tersebut menurut ijma’, maka tidak boleh menafsirkan hadist jika dengan pemahaman menyelisihi ijma’. Tetapi yang benar maknanya adalah menyengaja mengakhirkan menguburkan mayat pada waktu-waktu tersebut, sebagaimana mengakhirkan asar tanpa uzur sampai matahari menguning, itulah salatnya kaum munafik, sebagaimana dijelaskan dalam hadist shahih. Sedangkan jika menguburkan jenazah pada waktu-waktu itu tanpa disengaja, maka tidaklah makruh.” (Syarh Shahih Muslim, juz. 3, hal. 190).

Salat jenazah termasuk salat yang memiliki sebab khusus, yaitu mendoakan jenazah. Karena itu tidak masalah jika dikerjakan setelah asar. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Ali Farkus ia menjelaskan:

وصلاةُ الجنازةِ معدودةٌ مِن ذواتِ الأسبابِ، والإجماعُ منعقدٌ على جوازِ أدائِها في كلِّ الأوقاتِ بما في ذلك بعد الصّبحِ والعصرِ، قال ابنُ قدامةَ -رحمه الله-: «قال ابنُ المنذرِ: إجماعُ المسلمين في الصّلاةِ على الجنازةِ بعد العصرِ والصّبحِ، وأمّا الصّلاةُ عليها في الأوقاتِ الثّلاثةِ التي في حديثِ عقبةَ بنِ عامرٍ فلا يجوز»

Artinya:  “Salat jenazah termasuk salat yang memiliki sebab. Dan ulama sepakat, boleh dilakukan dalam setiap waktu, setelah subuh maupun setelah asar. Ibnu Qudamah menukil keterangan ijma’ (kata sepakat), ‘Kaum muslimin sepakat, boleh melaksanakan salat jenazah setelah asar dan setelah subuh.” Adapun salat jenazah yang dilakukan tepat di tiga waktu sebagaimana dinyatakan dalam hadis Uqbah bin Amir, hukumnya tidak boleh’.”

Wallahu A’lamu Bissowab




LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here