
Shalat jumat merupakan salah satu bentuk ibadah yang wajib dilakukan oleh umat muslim di dunia. Khususnya, wajib bagi kaum pria muslim dan sunah bagi perempuan. lalu bagaimana Hukum Shalat Jumat Di Hari Raya?
Shalat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat wajib shalat jumat. Tidak ada toleransi, bagi siapa pun yang meninggalkannya tanpa ada udzur, ia mendapat ancaman dosa yang berat.
Pelaksanaan sholat Jumat memiliki niat, tata cara, hukum, dan keutamaan tersendiri jika dibandingkan dengan shalat lima waktu.
Dikutip dari Kitab Fiqhul Islam wa Adillathuhu juz 2 karya Syekh Wahbah Az Zuhaili, pemberian nama Jumat adalah karena hari berkumpulnya orang-orang dan berkumpulnya kebaikan di hari Jumat.
Hari Jumat juga adalah hari penciptaan nabi Adam AS. serta hari pertemuan Adam dan Hawa di bumi.
Hukum shalat Jumat pada Hari Raya
Perayaan hari raya dalam agama Islam diperingati dua kali dalam satu tahun yang pertama Idul fitri dilaksanakan pada tanggal 1 syawal. Ketika selesai melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadhan sebulan penuh, maka umat Islam disunahkan untuk mendirikan shalat Idul fitri. Dan yang kedua Idul Adha atau Idul Qurban atau Idul Haj (hari raya Haji) yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Namun, apabila hari raya Idul Adha atau hari raya Idul fitri jatuh pada hari jumat bagaimanakah hukum untuk melaksanakan shalat jumaat pada hari itu?
Ulama berbeda pendapat tentang wajib atau tidaknya pelaksanaan shalat jumat ketika bertepatan dengan salah satu dari dua hari raya tersebut, sebagaimana paparan dibawah ini:
Tetap Wajib Melaksanakan Shalat Jumat
1. Menurut sebagian dari sahabat golongan syafi’iyah, tetap wajib melaksanakan shalat jumaat meskipun sudah mendirikan shalat Ied pada hari yang sama.
ومن أصحابنا من قال : تجب عليهم الجمعة لأن من لزمته الجمعة في غير يوم العيد وجبت عليه في يوم العيد كأهل البلد، المهذب في فقه الإمام الشافعي ، ج١ ص٢٠٦ دار الكتب العلمية ١١٦ إحياء الكتب العرابية
Dan sebagian dari Ashab As-Syafi’i ada yang berkata; “Wajib shalat jumat atas mereka, karena bagi seseorang itu wajib melaksanakan shalat jumat selain dihari raya, maka wajib pula baginya shalat jumat di hari raya seperti penduduk daerah. (Al-Muhadzdzab fii fiqh Al-Imam As-Syafi’i juz 1, hal. 206/116)
2. Menurut Imam Abu Hanifah ; tetap wajib melaksankan shalat jumat baik bagi penduduk kota maupun penduduk desa secara bersamaan. Sebagaimana keterangan dalam kitab Mizan li As-Sya’roni:
مع قول أبي حنيفة بوجوب الجمعة على أهل البلد والقرى معا. ميزان للشعراني، ج١ ص٢٠٢
Pendapat ini bersamaan dengan pendapatnya Imam Abu Hanifah yaitu tetap wajib melaksanakan shalat jumat bagi penduduk kota dan penduduk desa secara bersamaan. (Mizan li As-Sya’roni, juz 1, hal. 202
3. Menurut Imam Syafi’i ; tetap wajib melaksanakan shalat jumaat bagi penduduk perkotaan, dan tidak wajib melaksanakan shalat jumat bagi penduduk desa yang jauh dari masjid, sebagaimana keterangan dibawah ini:
ومن ذلك قول الشافعي إذا وافق يوم عيد يوم جمعة فلا تسقط صلاة الجمعة بصلاة العيد عن أهل البلد بخلاف أهل القرى إذا حضروا فإنها تسقط عنهم ويجوز لهم ترك الجمعة والإنصراف. ميزان للشعراني ج١، ص ٢٠٢
Menurut Imam Syafi’i, jika hari raya bertepatan dengan hari jumat maka kewajiban seseorang untuk menjalankan shalat jumat tidak gugur meskipun ia telah mengerjakan shalat Ied, terutama bagi penduduk perkotaan. Lain halnya bagi penduduk desa (yang jauh dari masjid), kewajibannya mengerjakan shalat jumat gugur, mereka diperbolehkan untuk tidak jumatan. (Mizan li Al-Sya’roni, juz1,hal.202)
Tidak Wajib Melaksanakan Shalat Jumat
Tidak wajib melaksanakan shalat jumat apabila telah mendirikan shalat Ied, pendapat ini berdasarkan pada suatu riwayat yang bersumber dari sahabat Utsman bin Affan RA. Hal ini diterangkan dalam kitab (Al-Muhadzdzab fii Fiqh Al-Iman Al-Syafi’i: Juz 1, hal. 206)
وإن اتفق يوم عيد ويوم جمعة فحضر أهل السواد فصلوا العيد جاز أن ينصرفوا ويتركوا الجمعة، لما روي أن عثمان رضي الله عنه قال في خطبته: أيها الناس قداجتمع عيدان في يومكم هذا، من اراد من أهل العالية أن يصلي معنا الجمعة فليصل، ومن اراد أن ينصرفوا فلينصرف ولم ينكر عليه أحد، ولانهم إذا قعدوا في البلد لم يتهيأوا بالعيد فإن خرجوا ثم رجعوا للجمعة كان عليهم في ذلك مشقة والجمعة تسقط بالمشقة. المهذب في فقه الإمام الشافعي ج١، ص ٢٠٦
Apabila hari raya bertepatan dengan hari jumat yang mana mayoritas masyarakat melaksanakan shalat Ied, maka diperolehkan untuk tidak melaksanakan dan meninggalkan shalat jumat, sebagaimana diriwayatkan bahwa sahabat Utsman RA. berkata dalam khutbahnya:
Wahai manusia, sungguh bertepatan dua hari raya pada hari kalian ini (hari jumat), barangsiapa dari masyarakat yang tempat tinggalnya jauh (dipelosok) hendak shalat jumat bersamaku, shalatlah kalian, dan barangsiapa ingin meninggalkan (jumatan) maka tinggalkanlah, dan tidak ada seorangpun yang mengingkarinya. Karena bagi mereka yang berdomisili disuatu daerah yang tidak mendirikan shalat Ied, apabila mereka keluar ke daerah lain untuk mengikuti shalat Ied, lalu mereka pulang dari shalat Ied dan kemudian ketika kembali keluar lagi untuk jumatan, maka terdapat masyaqqat (suatu yang memberatkan) dan jumaaan itu akan gugur dengan adanya masyaqqat. (Al-Muhadzdzab fii Fiqh Al-Imam As-Syafi’i Juz 1, hal. 206/116)
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal ; tidak wajib melaksanakan shalat jumat baik bagi penduduk desa maupun penduduk kota, hal ini dikarenakan mereka telah melaksanakan shalat Ied, maka kewajiban untuk melaksanakan shalat jumat menjadi gugur namun mereka tetap wajib melaksankan shalat dzuhur.
Pendapat Imam Ahmad tersebut diterangkan dalam kitab Mizan li As-Sya’roni:
ومع قول أحمد لا تجب الجمعة على القرى ولا أهل البلد بل يسقط عنهم فرض الجمعة بصلاة العيد ويصلون الظهر. ميزان للشعراني، ج ١ ص ٢٠٢
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal: tidak wajib jumatan bagi penduduk desa maupun kota dan gugurlah kewajiban jumatannya disebabkan mereka telah mengerjakan shalat Ied, dan mereka tetap wajib shalat dzuhur. (Mizan li As-Sya’roni, Juz 1, hal. 202