Aminsaja.com – Keutamaan bulan Sya’ban dan Amalannya. Sya’ban merupakan bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Berasal dari kata “tasya’ub” yang berarti bercabang-cabang. Hal ini sesuai dengan banyaknya cabang kebaikan dan keistimewaan yang terdapat dalam bulan Sya’ban.
Dalam hadist Rasulullah SAW pernah menyatakan, “Keutamaan bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan yang lain adalah seperti keutamaanku dibanding Nabi-Nabi yang lain”.
Jika di dalam bulan Rajab yang paling utama adalah 10 hari yang pertama, karena terdapat malam satu Rajab. maka di dalam bulan Sya’ban yang paling utama adalah 10 hari pertengahan, karena terdapat malam Nishfu Sya’ban. Sedangkan dalam bulan Ramadhan yang paling utama adalah 10 hari terakhir, karena terdapat Laitul Qodar.
Keistimewaan Bulan Sya’ban
Di antara keistimewaan bulan Sya’ban adalah Nishfu Sya’ban, di mana keistimewaanya sebagai berikut:
1. Memiliki nama-nama lain
Nishfu Sya’ban maksudnya adalah pertengahan bulan Sya’ban. Malam nishfu Sya’ban disebut juga dengan nama Al-Lailah Al-Mubarokah (malam yang penuh berkah), Laitul Baro’ah (malam kebebasan), Lailatul Ijabah (malam terkabulnya doa) dan lain-lannya.
2. Tidak ada doa yang tertolak
Dalam hadist disebutkan sebagai berikut:
قال رسول الله صل الله عليه و سلم : (خمس ليال لا ترد فيهن الدعاء ؛ أول ليلة من رجب، و ليلة نصف من شعبان، وليلة الجمعة، و ليلة الفطر، و ليلة النهر) اخرجه السيوطي رحمه الله تعالى في الجامع، عن ابن عساكر عن ابي امامه رضي الله تعالى عنه
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: “Ada lima malam, di mana doa yang di panjatkan pada malam itu tidak akan ditolak, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam pertengahan bulan Sya’ban, malam jumat, malam hari raya Idul Fitri dan malam hari raya Idul Adha””. (Yang mengeluarkan hadist ini adalah Imam Asy-Syayuti dalam kitab Al-Jami dari Ibnu Asyakir dari Abi Umama RA.).
3. Bulannya Rasulullah SAW
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut:
رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي
Artinya: “Bulan Rajab itu adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku dan bulan Ramadan adalah bulannya umatku.”
Rasulullah SAW setiap malam tanggal 15 Sya’ban selalu melakukan shalat malam dengan sangat lama, menunaikan kewajiban bersyukur kepada Allah SWT, sehingga Al-Hafidh Al-Baihaqi dalam kitab Musnadnya meriwayatkan hadits dari A’isyah RA katanya, “Rasulullah SAW pada suatu malam bangun, lalu melakukan shalat. Beliau memperlama sujud, sehingga aku mengira beliau telah wafat. Setelah aku melihat yang demikian itu, aku bangun sehingga menggerakkan ibu jari beliau, dan ibu jari beliau bergerak.”
4. Pintu langit dan Rahmat Allah dibuka
Pada Nishfu Sya’ban Allah SWT membuka semua pintu langit dan tiga ratus pintu rahmat. Pada malam tersebut Allah SWT mengampuni dan memberi rahmat terhadap hamba-hamba-Nya yang tidak menyekutukan Allah SWT, kecuali orang-orang terhalang dari rahmat Allah SWT yaitu penyihir, peramal, pendendam, pemabuk, orang yang berzina, orang yang makan harta riba, yang durhaka terhadap orang tua, pengadu domba, dan orang yang memutus silaturrohim. Mereka semua pada malam Nishfu Sya’ban tidak akan mendapat ampunan dan rahmat Allah SWT sehingga mereka meminta ampun dan bertobat kepada-Nya.
5. Catatan Amal dihadapkan kepada Allah SWT
Pada malam Nishfu Sya’ban pula para Malaikat pencatat amal umat manusia melaporkan kepada Allah SWT. Bahwa para Malaikat pencatat amal secara umum melaporkan amal perbuatan manusia kepada Allah SWT dua kali dalam setahun, yaitu pada malam Nishfu Sya’ban dan malam Laitul Qodar.
6. Pembebasan Dosa
Begitu besarnya ampunan dan rahmat Allah SWT dalam malam Nishfu Sya’ban, sehingga sebagian ulama menyebutkan sebagai malam pembebasan. Sebagai mana yang diriwayatkan oleh Imam Atho’ bin Yasar sebagai berikut:
ما من ليلة بعد ليلة القدر أفضل من ليلة نصف شعبان. ان الله يغفر لجميع المسلمين في تلك الليلة إلا لكاهن أوساحر أو مشاحن أو مدمن خمر أو عاق لوالدين
Artinya: “Tiada malam setelah malam laitul qodar yang lebih utama dibanding malam NishfuSya’ban. Sesungguhnya Allah pada malam itu mengampuni terhadap semua kaum muslimin, kecuali terhadap tukang ramal (dukun), tukang sihir, orang yang pendendam, peminum arak atau orang yang durhaka terhadap kedua orang tua”.
Amaliyah dan Fadhilah Nishfu Sya’ban
Begitu besar nilai yang terkandung dalam bulan Sya’ban, sehingga sangatlah rugi jika kita meninggalkan kesempatan emas yang datang setahun sekali. Diantara amaliyah dalam bulan Nishfu Sya’ban adalah sebagai berikut:
1. Shalat Sunah
Pada hari pertama bulan Sya’ban disunahkan menjalankan shalat sunah 2 rakaat, dengan metode, setiap selesai membaca Surat Al-Fatihah kemudian membaca ayat Kursi 10 kali dan ayat sebagai berikut:
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Artinya: “Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana”. (QS. Al-Imran ayat:18)
Malam ke 15 bulan Sya’ban juga disunahkan menjalankan shalat sunah 100 rakaat dengan metode dua rakaat salam, setiap rakaat setelah mebaca Surat Al-Fatihah kemudian membaca Surat Al-Ikhlas 11 kali. Atau dengan metode 10 rakaat, setiap dua rakaat salam dan setelah membaca Surat Al-Fatihah kemudian membaca Surat Al-Ikhlas 100 kali.
2. Puasa
Aisyah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW menjalankan puasa Ramadhan secara penuh. Dan setelah Ramadhan, Rasulullah SAW paling sering menjalankan puasa di bulan Sya’ban. Syaikh Abi Zakaria Al-Anshori dalam kitab As-Syarqowi mengatakan, menjalankan puasa dalam bulan Sya’ban (keseluruhan) hukumnya sunah muakkad. Dalam hadits riwayat Imam Baihaqi disebutkan:
شعبان بين رجب وشهر رمضان يغفل الناس عنه ترفع فيه أعمال العباد فأحب ان لا يرفع عملي الا وانا صائم
Artinya: “Sya’ban adalah bulan diantara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak orang-orang yang melupakannya, (padahal) dalam bulan itu semua amalanya hamba disampaikan kepada Allah, maka saya senang jika amal saya disampaikan kepada Allah ketika saya sedang puasa”.
Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir dalam kitabnya Durrotun Nasihin menjelaskan, Rasulullah SAW bersabda:
من صام ثلاثة أيام من اول شعبان وثلاثة من أوسطه وثلاثة من آخره كتب الله ثواب سبعين نبيا, وكان كمن عبد الله تعالى سبعين عاما, وان مات في تلك السنة مات شهيدا
Artinya: “Barangsiapa berpuasa tiga hari awal bulan Sya’ban, tiga hari pertengahannya dan tiga hari akhirnya (Bulan Sya’ban), maka Allah SWT menulis pahala 70 orang Nabi untuknya, dan ia mendapatkan pahala seperti orang yang menyembah Allah selama 70 tahun, dan jika ia mati pada tahun itu, maka ia mati syahid”.
3. Membaca Surat Yasin
Pada malam Nishfu Sya’ban disunahkan untuk memperbanyak permohonan dan doa kepada Allah SWT baik yang berhubungan dengan kehidupan dunia maupun yang berhubungan dengan akhirat. Namun yang paling utama sebaiknya meminta ampun dan keselamatan. Dalam hadits disebutkan:
من أحيا ليلة العدين وليلة النصف من شعبان لم يمت قلبه حين تموت القلوب
Artinya: “Barangsiapa yang menghidupkan/beribadah di malam dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha) dan malam pertengahan dari bulan Sya’ban, maka hatinya tidak mati ketika hati orang-orang menjadi mati”.
Pada pertengahan bulan Sya’ban dianjurkan untuk membaca Surat Yasin tiga kali, dilakukan sendiri-sendiri atau secara bersama-sama dan dibaca di dalam masjid, musholla atau di rumah. Dengan wasilah dan berkah Surat Yasin, ketika membaca supaya berniat/bertujuan sebagai berikut:
A. Yasin pertama agar diberi umur panjang
B. Yasin kedua agar terhindar dari segala bencana/musibah
C. Yasin ketiga, agar diberi kemudahan dalam mencari rezeki
Setelah selesai membaca Surat Yasin di lanjut membaca doa sebagai berikut:
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــا
Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut.
Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitab-Mu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”
Catatan:
Berpuasa pada hari setelah Nishfu Sya’ban, yaitu hari ke 16, 17 dan seterusnya di bulan Sya’ban hukumnya haram, kecuali ada beberapa sebab:
1. Menyambung dengan hari sebelumnya Nishfu Sya’ban. Contohnya, selain berpuasa pada hari ke 17 Sya’ban, juga menjalankan puasa pada hari ke 15 dan 16. Apabila menjalankan puasa pada hari ke 14, 15 dan 16 Sya’ban, kemudian hari ke 17 tidak berpuasa, maka haram hukumnya menjalankan puasa pada hari ke 18.
2. Bertepatan dengan kebiasaan. Contohnya, mempunyai kebiasaan puasa senin & kamis dan bertepatan dengan hari setelah Nishfu Sya’ban.
3. Sebab nazar
4. Sebab qodha puasa fardhu.
Dalam hadits riwayat Abu Dawud Rasulullah SAW bersabda:
إذا انتصف شعبان فلا تصموا
Artinya: “Jika sampai pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah berpuasa”.
Wallohu A’lam Bissowab