Aminsaja.com – Keutamaan Menahan Diri Meskipun Didzalimi, Menahan diri lebih utama dibanding menahan marah, dan sikap ini menujukan kebesaran jiwa dan iman seseorang.
Pecahnya kekuatan marah di bawah pengendalian akal dan permulaannya adalah usaha menahan diri, jika sikap ini dilakukan secara terus menerus maka akan menjadi kebiasaan yang sangat mulia dan terpuji.
Menahan diri adalah upaya pengekangan nafsu baik dari nafsu amarah ataupun nafsu-nafsu lainya. Sikap menahan diri merupakan sifat yang sangat dianjurkan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau di ambil dari kitab Ihya Ulumuddin :
انما العلم بالتعلم والحلم بالتحلم ومن يتحرى الخير يعطه ومن يتوق الشر يوقه.
Artinya: “Sesungguhnya Ilmu itu diperoleh dengan belajar, dan sifat pandai menahan diri diperoleh dengan cara berusaha menahan diri, dan siapa yang berusaha mencari kebaikan, ia pun diberi kebaikan itu, dan siapa yang menghindari keburukan, ia pun dijauhkan dari keburukan itu”.
Pentingnya Sifat Menahan Diri
Menahan diri tidak hanya dilakukan untuk menahan amarah dan mencegah dari perbuatan buruk, tetapi menahan diri juga dilakukan untuk menahan dari keinginan-keinginan yang tidak bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Karena pentingnya sifat menahan diri, Rasulullah SAW sampai memohon kepada Allah SWT dalam doa beliau sebagai berikut:
اللهم أغنني بالعلم وزيني بالحلم وأكرمني بالتقوى وجملني بالعافية
Artinya: “Ya Allah, cukupilah aku dengan ilmu, hiasilah aku dengan sifat menahan diri, muliakanlah aku dengan ketakwaan, dan Baguskan aku dengan kesehatan”
Ternyata pentingnya sifat menahan diri adalah akan mendapat kemuliaan disisi Allah SWT. Hal ini terdapat dalam hadits, Nabi SAW bersabda: “Carilah kemuliaan disisi Allah”. lalu para sahabat berkata, “Apakah itu ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab:
تصل من قطعك وتعطي من حرمك وتحلم عمن جهل عليك
Artinya: “Engkau sambung hubungan dengan siapa yang memutuskan terhadapmu, dan engkau beri siapa yang menghalangimu, dan bersikap menahan diri terhadap siapa yang mengganggumu”.
Dari hadits tersebut Rasulullah SAW menunjukkan 3 cara meraih kemuliaan disisi Allah SWT yaitu:
1. Menyambung hubungan dengan orang yang menyakiti/memutuskan (تصل من قطعك )
Mencapai kemuliaan disisi Allah SWT merupakan kedudukan yang sangat tinggi, sehingga tidak mudah untuk menggapainya. Bagaimana tidak, menyambung hubungan baik kepada orang yang baik itu hal biasa, tetapi menjalin hubungan baik dengan orang yang sudah menyakiti dan memutuskan hubungan dengan kita merupakan hal yang tidak biasa dan sangat tidak mudah dilakukan oleh siapa pun, di sinilah pengendalian diri untuk tidak melampiaskan amarah atau dendam mempunyai peran kemuliaan.
2. Memberi kepada orang yang menghalangi (وتعطي من حرمك )
Ketika jalan rezeki di halangi, ditutup atau diganggu oleh orang lain, tentu nafsu amarah akan bangkit dan berusaha melampiaskan, bagi yang pandai menahannya sudah mendapat kebaikan, apalagi berbuat baik kepada mereka yang sudah sengaja menghalangi jalan rezeki, maka pantas jika orang dalam kategori ini akan mendapat balasan kemuliaan disisi Allah SWT.
3. Menahan Diri Dari Orang yang mengganggu (وتحلم عمن جهل عليك)
Ketika disakiti, seseorang bisa saja membalas dan membela diri, tetapi pilihan untuk sabar dan menahan diri tidak membalas apa yang dilakukan orang lain terhadap dirinya, pantas mendapatkan kemuliaan disisi Allah SWT. Sebagaimana Akhlak Rasulullah SAW ketika dizalimi beliau justru membalas dengan kebaikan, Allah SWT berfirman:
وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Artinya: “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,” (yang mengandung keselamatan)” (QS. Al Furqan:63)
Bagaimana Sebaiknya Sikap kita jika di dzalimi?
Tidak perlu membalas berbuat dzalim
Dalam kitab Ihya Ulumuddin diterangkan bahwa orang yang menahan diri ketika didzalimi, dimaki, dijelekkan dan digunjingkan maka akan mendapat keselamatan dunia dan akhirat. Jangan membalas sebagaimana mereka mendzalimi kita, Nabi SAW bersabda:
إن امرؤ غيرك بمافيك فلا تعيره بمافيه
Artinya: “Jika Seseorang menjelekkanmu dengan cacat yang ada padamu, maka jangan menjelekkannya dengan cacat yang ada padanya”
Jika mendoakan Binasa terhadap orang yang dzalim
Ketika ada orang yang sangat dzalim terhadap kita, dan ternyata kita sanggup menahan diri untuk tidak membalasnya, tetapi diam-diam kita mendoakan orang yang dzalim tersebut binasa atau mendoakan hal yang jelek lainya. Bagaimana menurut pandangan agama Islam?
Nabi SAW bersabda:
من دعا على من ظلمه فقد انتصر
Artinya: “Barang siapa mendoakan kebinasaan atas orang yang mendzaliminya, maka ia pun telah tertolong”
Apakah hadits di atas bisa dipahami? lebih lanjut dijelaskan dalam kitab Tanwir, syarah Al Jaami’ Al Saghir lishshan ‘Aani:
وجاء في التنوير شرح الجامع الصغير للصنعاني: (من دعا على من ظلمه) أي: ظلم (فقد انتصر) لنفسه، فلم يبق له أجر على ظالمه، ولا استحقاق عقوبة منه أخرى، فمن أراد بقاء القصاص، سكت عن ظالمه، ولم يدع عليه، وإلا عفا عنه؛ ليكون أجره على الله، فللمظلوم مع ظالمه ثلاث حالات: الانتصاف بالدعاء عليه، أو بالتأخير إلى الآخرة، أو بعفو، فيكون أجره على الله، وهذا أحسنها، وأعودها نفعًا للمظلوم. اهـ.
Artinya: “Barang siapa yang mendoakan orang yang mendzalimi akan tertolong baginya (Doanya Dikabulkan), akan tetapi ia (yang berdoa) tidak akan mendapat pahala (Pahala memaafkan), dan (Justru) orang yang mendzalimi tidak akan mendapat siksaan di akhirat, Barang siapa yang ingin tetap membalas (kepada orang yang dzalim) sebaiknya bersikap diam kepada orang yang mendzalimi, dan jangan mendoakan binasa, karena yang lebih baik adalah memaafkan supaya dapat pahala di akhirat”. Bagi orang yang di zalimi atas orang yang mendzalimi ada 3 pilihan:
- Mendoakan binasa (tetapi konsekuensinya seperti dijelaskan diatas)
- Membiarkan sehingga yang berbuat dzalim akan dihisab nanti di akhirat
- Memaafkan, supaya kita dapat pahala, ini hal yang paling baik dan lebih bermanfaat bagi orang yang di dzalimi, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Wallohu A’lam Bissowab