Aminsaja.com – Kewajiban Terhadap Pemimpin Menurut Islam, Ada berbagai macam karakter pemimpin dan gaya kepemimpinannya. Dan Sebagai anggota diwajibkan untuk menaati apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya.
Pemimpin bertanggungjawab atas kemajuan, keselamatan, kesejahteraan dan menjamin kehidupan negara / organisasi / komunitas / perusahaan yang dipimpinnya.
Maka dari itu seorang pemimpin diberi kekuasaan untuk dapat membuat aturan untuk menjaga ketertiban dan memenuhi tanggung jawabnya.
Islam mengatur Bagaimana kriteria pemimpin yang Ideal, janji dan ancamannya, maka Islam juga mengatur bagaimana kewajiban anggota taat terhadap pemimpinnya menurut Islam. dan syarat seorang pemimpin yang dapat ditaati dan diikuti.
Hukum Taat Pada Pemimpin
Pada dasarnya semua pemimpin wajib ditaati, Bahkan karena pentingnya taat terhadap pemimpin, sampai-sampai Allah SWT menyebutnya di urutan ke tiga setelah kewajiban taat kepada Allah dan Rasulnya. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an Sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kalian.” (Qs. An-Nisaa: 59).
Kewajiban terhadap pemimpin di antaranya:
1. Patuh Pada Pemimpin Selama Tidak Bertentangan Dengan Islam
Ketaatan kepada pemimpin tidak boleh taqlid buta (Asal mengikuti) segala yang diperintahkan. Akan tetapi Ketaatan kepada pemimpin syaratnya apa yang diperintahkan tidak bertentangan dengan syariat dan ketentuan Allah SWT dan Rasulnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
Artinya: “Tidak ada kewajiban taat dalam rangka bermaksiat (kepada Allah). Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf (bukan maksiat).” (HR. Bukhari)
2. Taat pada perintah pemimpin meskipun perintahnya tidak disukai
Dari Nafi’, dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra, Nabi SAW bersabda:
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Artinya: “Mendengar dan taat adalah kewajiban setiap muslim, (baik perintah yang diberikan oleh penguasa) adalah hal-hal yang dia sukai atau dia benci, selama penguasa tersebut tidak memerintahkan maksiat. Jika penguasa tersebut memerintahkan maksiat, maka tidak ada (kewajiban) mendengar dan taat (dalam perintah maksiat tersebut).” (HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 1839)
3. Taat Pada Pemimpin Meskipun Pemimpinnya dari kalangan orang biasa atau Tidak sempurna Fisiknya.
Dari Anas bin Malik ra, Nabi SAW bersabda:
اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ
Artinya: “Dengarlah dan taat, meskipun penguasa (pemimpin) kalian adalah seorang budak Habsyi (budak dari Ethiopia), yang kepalanya seperti kismis (anggur kering) (karena secara fisik, mereka berambut keriting seperti anggur kering yang mengkerut)” (HR. Bukhari no. 693)
4. Wajib Taat Kepada Pemimpin Baik Dalam Kondisi Sulit Atau Mudah
دَعَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ، فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا: أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا، وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ، إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا، عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ
Artinya: “Nabi SAW berdakwah kepada kami dan kami pun berbaiat kepada beliau. Maka Nabi mengatakan di antara poin baiat yang beliau ambil dari kami, Nabi meminta kepada kami untuk mendengar dan taat kepada penguasa, baik kami bersemangat untuk mengerjakannya atau kami tidak suka mengerjakannya, baik diberikan kepada kami dalam kondisi sulit atau dalam kondisi mudah, juga meskipun penguasa tersebut mementingkan diri sendiri, dan supaya kami tidak merebut kekuasaan dari pemegangnya. Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang nyata, dan kalian memiliki bukti di hadapan Allah Ta’ala bahwa itu adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 7056 dan Muslim no. 1709)
5. Wajib Taat Pada Pemimpin Meskipun Terpaksa
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكَ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ فِى عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ
“Hendaklah engkau dengar dan taat kepada pemimpinmu baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan mudah, baik dalam keadaan rela ataupun dalam keadaan tidak suka (Terpakasa), dan saat ia lebih mengutamakan haknya daripada engkau.” (HR. Muslim no. 1836).
Cara Menghadapi Pemimpin Yang Zalim
Ibnu Abil ‘Izz mengatakan: “Hukum menaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zalim. Jika kita keluar dari menaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih besar dari kezaliman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap pemimpin zalim, dapat melebur dosa dan pahalanya dilipat gandakan. Dan Allah SWT tidak menjadikan pemimpin berbuat zalim selain disebabkan karena kerusakan yang ada pada diri kita juga. Perlu diingat! yang namanya balasan sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal). Oleh karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istigfar dan tobat serta berusaha mengoreksi amal kita”.
Firman Allah SWT sebagai berikut:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Artinya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura [42]: 30).
Dalam ayat alain dijelaskan sebagai berikut:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Artinya: “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’ [4] : 79).
Pentingnya Memilih Pemimpin
Pemimpin wajib ditaati meskipun berbuat zalim, untuk itu dari awal kita harus berani menentukan sikap untuk memilih pemimpin yang jujur, amanah, Komunikatif (Tabligh) dan cerdas (Fatonah). Karena gaya kepemimpinan dan kesuksesan atau kemunduran sebuah organisasi sangat tergantung dari kualitas pemimpinnya. Jika keliru dalam menentukan pilihan terhadap pemimpin, maka hanya akan ada penyesalan yang tidak berguna.
Disabdakan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:
وَرَوَى هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: { سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ فَيَلِيكُمْ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَيَلِيكُمْ الْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
Artinya: “Sepeninggalku nanti ada pemimpin-pemimpin yang akan memimpin kalian, pemimpin yang baik akan memimpin dengan kebaikannya dan pemimpin yang jahat akan memimpin kalian dengan kejahatannya. Maka dengarlah dan taatilah mereka sesuai dengan kebenaran saja. Apabila mereka berbuat baik maka kebaikannya adalah bagimu dan untuk mereka, jika mereka berbuat buruk maka bagimu (untuk tetap berbuat baik) dan bagi mereka (keburukan mereka).” (HR Bukhari Muslim)
Pemimpin Adalah Kepercayaan yang akan Jadi penyesalan Di Hari Kiamat
Menjadi pemimpin adalah harapan sebagian besar manusia, dengan berbagai cara dilakukan untuk meraihnya, ada yang melakukan dengan cara sportif dan elegan, Tetapi tidak sedikit yang menempuh cara kotor dan keji. Hal ini dikarenakan karena manusia menduga bahwa dengan menjadi pemimpin akan mendapat kehormatan, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan fasilitas lainya, padahal sesungguhnya pemimpin adalah jabatan dan jabatan adalah kepercayaan. Kepercayaan yang tidak dijalankan dengan sebaik-baiknya akan melahirkan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat.
Dalam Kitab Riyadhus Saalihin dijelaskan dari Dari Abu Dzarr, ia berkata: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda,
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
Artinya: “Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim no. 1825).
Pentingnya Pemimpin Memilih Pembantu / Pengurus Yang Baik
Bagaimanapun hebatnya seorang pemimpin, dia tetap manusia biasa yang bisa salah dan lupa, Pemimpin yang baik adalah yang mampu mendelegasikan tugas dan tanggung jawab dengan baik kepada yang lainya (pengurus / yang membantunya). Maka hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin adalah memilih pengurus / pembantu yang tepat, agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap kepemimpinannya. Dan sebaliknya, jika seorang pemimpin memilih pengurus yang keliru, maka yang terjadi organisasi akan kisruh dan berdampak pada citra buruk organisasi dan kegagalan pada dirinya.
Dari Abu said dan Abu Hurairah Ra, Rasulullah SAW Bersabda: “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada diri seorang pemimpin, maka Dia menjadikan bagi orang itu pembantu (Pengurus) yang jujur (shadiq). Jika pemimpin itu lupa, maka ia akan mengingatkannya. Jika ia ingat, maka ia akan membantunya. Apabila Allah menghendaki keburukan pada diri seorang pemimpin, maka Allah menjadikan baginya pembantu (pengurus) yang tidak baik (su’). Jika ia lupa, maka ia tidak akan mengingatkannya. Jika ia ingat, maka ia tidak akan membantunya” (HR Abu Dawud).
Larangan Memilih Pemimpin Yang Ambisi
Sering dimasyarakat kita jumpai seorang calon pemimpin meminta jabatan atau suara pemilih dengan cara membeli atau mempengaruhi dengan cara yang tidak dibenarkan agama. Dan tidak dibenarkan memilih pemimpin yang Ambisius dengan jabatan.
Dari Abu Musa ra. berkata: “Aku dan dua orang laki-laki dari kaumku pernah masuk menemui Rasulullah SAW. Maka salah seorang dari keduanya berkata: “Angkatlah kami sebagai pemimpin, wahai Rasulullah”. Temannya pun meminta hal yang sama. Bersabdalah Rasulullah SAW: “Kami tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari no. 7149 dan Muslim no. 1733)
Dalam Riwayat lain Rasulullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah :”Bila engkau diberikan (Jabatan)dengan tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah). Namun bila (Jabatan) diserahkan kepadamu karena permintaanmu niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).” Siapa yang tidak ditolong maka ia tidak akan mampu. Dan tidak mungkin jabatan itu diserahkan kepada orang yang tidak cakap. (Syarah Shahih Muslim, 12/208, Fathul Bari, 13/133, Nailul Authar, 8/294)
Wallohu A’lam Bissowab
TINGGALKAN KOMENTAR DAN SHARE AGAR JADI JARIYAHMU
Bagaimana menyikapi seorang guru yang keras kepala dan diktator dlm memberikan pendapat.
Kalau menentang pendapat beliau langsung di keluarkan..
Ketika perpendapat tdk bisa dijdikan pertimbangan
Tapi memutuskan sepihak ?
cara menghadapai orang keras dan diktator, ialah hadapi dengan kepala dingin dan rasional karena sifat orang yang seperti itu adalah bawaan dan watak atau sudah karakter… sifat tersebut bukan sifat seorang pemimpin. sampaikan pendapat mba Ari dengan timeing / waktu yang tepat. pelan dan sabar…
Alhamdulillah baik sekali atikal tentang kepemimpinan
semoga orang yg dipilh menjadi pemimpin yg jujur amanah tabligh dan fatonah.amin
Semoga kita terhindar dari pemimpin yg karena meminta jabatan dan ambisius.Kepemimpinan dalam muslimat adalah ibadah.Doa pemimpin ygadil diijabah Alloh.terimakaih mas Adam Holiq dan mba Khasanah
sama sama Ibu, terima kasih juga sudah berkenan membaca artikel-artikel kami