Beranda Doa-Doa Praktis Nasihat Pergaulan Sesuai Pandangan Islam

Nasihat Pergaulan Sesuai Pandangan Islam

631
0
Nasihat Pergaulan Sesuai Pandangan Islam

Aminsaja.com Nasihat Pergaulan Sesuai Pandangan Islam. Islam adalah agama yang sempurna karena mengatur segala aspek kehidupan. Tidak hanya mengatur urusan ibadah seorang hamba dengan pencipta-Nya (ubudiyah) atau hablum-minallah. Lebih dari itu Islam mengatur urusan interaksi sosial (hamblum-minannas).

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain. Istilah pergaulan berarti kegiatan manusia untuk membaur bersama manusia lainnya dan berinteraksi satu sama lain.

Dalam Islam pergaulan diatur sedemikian mungkin sehingga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya konflik dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai macam perbedaan dan berasal dari berbagai suku, dan Allah SWT menghendaki manusia untuk saling mengenal satu sama lain, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha teliti”. (QS. Al-Hujurat ayat:13).

Sistem bergaul dalam agama Islam ada beberapa aspek atau hal berkaitan dengan pergaulan yang harus diketahui di antaranya adalah dengan siapa kita bergaul dan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Keterangannya sebagai berikut:

1. Memilih Teman Bergaul

Sebagai orang Islam bukan asal bergaul, akan tetapi sebaiknya mencari teman bergaul yang bisa membawa kita dalam kebaikan. Salah satu teman bergaul yang membawa kita lebih baik, yaitu bergaul dengan para ulama atau dengan orang-orang yang saleh. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:

عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإنّ الله تعالى يحي القلب الميت بنور الحكمة كما يحي الأرض الميتة بماء المطر

Artinya: “Hendaklah kalian berkumpul dengan para ulama’ dan mendengarkan perkataan hukama’, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang tandus dengan air hujan”.

Hikmah, adalah suatu ilmu yang bermanfaat, sedangkan hukama’ adalah para ahli hikmah. Berdasarkan hadits ini, hukama’ adalah ahli hikmah yang mengetahui Dzat Allah SWT, senantiasa berada dalam kebenaran, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Adapun ulama adalah orang alim (saleh) yang mengamalkan ilmunya.

Dalam kitab Ath-Thabrani juga telah meriwayatkan dari Abu Hanifah sebagai berikut:

جالسواالكبراء وسائلواالعلماء وخالطواالحكماء

Artinya: “Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para kubara’, dan bertanyalah kepada para ulama serta dekatlah kalian dengan para hukama’“. Sebagaimana juga diterangkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya ayat:7).

Di sebutkan dalam kitab Syarah Nashaihul ‘Ibad hal.4 ulama terdiri dari tiga golongan:

  1. Ulama yang menguasai hukum-hukum Allah SWT Ulama seperti ini dikategorikan adalah mereka yang banyak mengeluarkan fatwa yang terkait dengan masalah hukum.
  2. Ulama yang menguasai ilmu tentang Dzat Allah SWT (ilmu makrifat). Mereka kerap disebut hukama’, yaitu orang-orang alim yang serius pada upaya perbaikan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati mereka selalu bersinar oleh makrifatullah dan jiwa mereka tercerahkan oleh keagungan sifat Allah SWT.
  3. Ulama yang menguasai dua hal di atas, biasa disebut juga dengan Al-Kubara’.

Sesungguhnya, bergaul dengan para ahlullah (orang yang dekat dengan Allah SWT) itu mampu membentuk keluhuran jiwa. Bahkan, terkadang kerlingan mata mereka lebih bermanfaat dari ucapan. Jika seseorang, yang dengan kerlingannya saja ia memberi manfaat, ucapannya pasti jauh lebih bermanfaat.

Dikisahkan bahwa Imam As-Suhrawardi pernah berkeliling di sekitar Masjid Al-Khaif yang terletak daerah Mina, ia sambil menatap wajah setiap orang yang ditemuinya. Dia ditanya tentang sikapnya itu. Dia pun menjawab, “sesungguhnya, Allah SWT memiliki hamba-hamba yang apabila mereka memandang orang lain, mereka dapat memberikan rasa bahagia. Itulah yang aku harapkan”.

Dijelaskan lebih lanjut dalam kitab Nashoihul ‘Ibad bahwa di akhir zaman umat akan lari dari para ulama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

سياتى زمانٌ على امّتى يفرّون من العلماءِ والفقهاء فيبتليهمْ اللهُ بثلاثِ بليّاتٍ: اُولاها يرفع اللهُ البركةَ من كسبهم، والثانية يسلّط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما، والثالثة يخرجون من الدنيا بغير ايمانٍ

Artinya: “Akan datang suatu masa, saat itu umatku lari dari para ulama dan fuqaha, lalu Allah akan menimpakan kepada mereka cobaan berupa tiga macam musibah 1. Allah akan cabut keberkahan rezeki mereka 2. Allah akan angkat penguasa zalim untuk mereka 3. Mereka akan keluar dari kehidupan dunia (meninggal) tanpa membawa iman”.

2. Cara Bergaul Dengan Orang Lain

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang masih hidup di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tata cara bergaul sebagai berikut:

a. Ta’aruf (Mengenal).

Saling mengenal satu sama lain yaitu sangat penting, karena sebab perkenalan mereka, akan saling menyapa, saling tolong menolong, membantu, memperhatikan dan akan terwujud hubungan ukhuwah Islamiyah.

Dengan ta’aruf (saling mengenal) satu sama lain, menjadi sebuah kewajiban ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Sebab ta’aruf kita dapat membedakan sifat, suku, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.

b.Tafahum (Memahami).

Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifat jahatnya. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita

”Bergaul dengan orang saleh ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”

Tak dapat di pungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang saleh akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalehan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah).

c. Ta’awun (Saling menolong)

Tidak cukup hanya mengenal dan memahami, akan tetapi kita harus saling tolong menolong satu sama lain. Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Sebagai firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. (QS. Maidah ayat 2). 

Ta’aruf, tafahum, dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan-Nya dan seluruh makhluknya.

Wallahu a’lam bishshawab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here