Aminsaja.com – Khutbah Jumat: Pembangunan fisik Material Serta Mental Spiritual. Dalam pembangunan fisik material, orang mudah sekali menilai hasilnya. Tetapi dalam pembangunan mental spiritual, orang sukar sekali menilai apakah berhasil atau tidak.
Khutbah Pertama
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Hadirin kaum Muslimin rahimakumullah!
Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan karunia-Nya dengan beberapa kenikmatan pada kita, sehingga kita bisa melaksanakan kewajiban , yaitu menghadiri shalat jumat.
Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau, baik pulau yang besar maupun yang kecil ibarat Mutiara di khatulistiwa, tanahnya yang subur dihiasi gunung-gunung yang tinggi, sungai-sungai besar, lautan yang luas, tumbuhan-tumbuhan yang hijau, hewan yang beraneka ragam, dan barang tambang yang terdapat di dalam bumi. Semua itu merupakan bukti penyayang Allah SWT. Terhadap bangsa Indonesia.
Bagi kaum muslimin bangsa Indonesia, tidak ada lagi sikap yang paling baik selain harus bersyukur kepada-Nya agar nikmat tersebut tetap ada, bahkan bisa bertambah sesuai dengan janji Allah SWT. Dalam Al-Qur’an:
واِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”. (QS. Ibrahim ayat: 7)
Dalam Al-Qur’an dijelaskan satu kejadian mengenai siksa Allah SWT. yang sangat pedih terhadap suatu bangsa yang diberi kenikmatan tetapi tidak mau bersyukur, yaitu dalam surat An-Nahl ayat 112:
وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ
Artinya: “Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat.” (An-Nahl ayat: 112)
Hadirin sidang jumat rahimakumullah!
Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, energi, satwa, hutan, dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya alam seperti tercemarnya air dan rusaknya lahan karena pertambangan akan berdampak besar pada kelangsungan hidup manusia di bumi ini. Pengelolaan sumber daya alam yang benar akan meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumber daya alam yang ceroboh akan berdampak buruk bagi lingkungan hidup. Oleh karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana mengelola sumber daya alam agar menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi manusia, dan tidak mengorbankan lingkungan serta kelestarian sumber daya alam.
Apabila kita akan membangun sebuah Gedung mewah, terlebih dahulu manusia pelaksanaannya harus dibangun, baik akhlak atau mentalnya agar menjadi manusia yang baik, jujur dan memelihara amanah, sehingga segala pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan Gedung tersebut terhindar dari penghianatan, korupsi, dan segala kecurangan lainnya. Demikian juga manusia yang akan mendiaminya, agar bisa bisa memelihara Gedung tersebut. Sebab sebuah Gedung mewah tidak memiliki arti apa-apa, bahkan pembangunannya jangan diharapkan bisa selesai dengan sempurna bila manusia pelaksana dan calon pengisinya merupakan manusia-manusia yang bermoral bejat.
Termasuk kufur nikmat apabila kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk membangun, tetapi di salah gunakan sesuai dengan janji Allah SWT bahwa bagi yang kufur nikmat akan menerima siksa-Nya; pembangunan akan hancur, demikian juga pengisinya. Allah SWT berfirman:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS al-Isra` ayat: 16)
وَكَمْ اَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْۢ بَعْدِ نُوْحٍۗ وَكَفٰى بِرَبِّكَ بِذُنُوْبِ عِبَادِهٖ خَبِيْرًاۢ بَصِيْرًا
Artinya: “Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui, Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya”. (QS. Isra’ ayat: 17)
Hadirin rahimakumullah!
Kita jangan cepat senang dengan melihat pembangunan yang pesat, sebab apabila tidak disertai pembangunan mental spiritual hasilnya akan mengecewakan, lebih-lebih apabila kita melihat dan meneliti akhlak dan budi pekerti sebagian bangsa kita, semakin lama semakin terasa longgarnya bersopan santun, berkurangnya rasa malu, norma-norma luhur mulai luntur, sehingga kadang-kadang kita bertanya-tanya, apakah masih ada kepribadian bangsa kita? Sebab hampir segala sesuatu yang datang dari luar dianggap baik dan perlu ditiru dengan alasan demi modernisasi; takut tidak termasuk modern meninggalkan shalat pun dianggap wajar.
Hadirin rahimakumullah!
Untuk lebih jelas, masyarakat yang bagaimana yang akan dibangun Islam? Pada kesempatan ini khotib akan menjelaskan sebuah riwayat yang pernah dialami oleh Ja’far bin Abi Thalib dan para sahabatnya ketika hijrah, ke Habsyi yang dipimpinnya. Mendengar umat Islam hijrah, kaum musyrikin mekkah memohon kepada Raja Najasyi agar rombongan kaum Muslimin tersebut dikembalikan ke Mekkah.
Saat itulah Ja’far bin Abi Thalib maju menjadi juru bicara umat Islam di hadapan Raja Najasyi untuk menerangkan apa sebenarnya yang disebut masyarakat Islam, dan apa yang disebut masyarakat Jahiliyah, siapa Muhammad atau Rasulullah SAW yang membawa ajaran Islam tersebut. Ja’far bin Abi Thalib berkata: “Tuan, kami berasal dari kaum Jahiliyah, kaum yang bodoh, penyembah berhala, pemakan bangkai, berbuat kejahatan, memutuskan silaturrahmi, suka menyakiti tetangga, dan sejenisnya. Akhirnya Allah SWT. Mengutus seorang Rasul yang masih dari keturunan kami, kami mengetahui kejujurannya, kami mengetahui kesholehannya; beliau mengajak kami untuk menyembah Allah yang Maha Esa, agar kami terlepas dari kebiasaan menyembah berhala. Kami diperintah berlaku jujur, bicara yang benar, memelihara amanah, menghubungkan silaturrahmi, hidup bertetangga dengan rukun, menahan diri dari segala perbuatan haram; dilarang bermusuhan, dilarang berbuat jahat atau memakan harta anak yatim, tidak boleh berdusta dan dilarang memfitnah orang lain. Kemudian kami diperintah mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji dan berpuasa. Semua perintah itu kami terima dan kami percayai, kami mentaati semua perintah Allah melalui utusan-Nya itu; mulai saat itu kami hanya menyembah Allah yang Maha Esa, kami tidak menyekutukan-Nya, kami mengharamkan semua yang di haramkan-Nya dan kami menghalalkan semua yang di halalkan-Nya karena sikap kami yang demikian, maka kami disiksa oleh kaum kami sendiri, kami dibujuk agar kami kembali kepada ajaran lama, yaitu menyembah berhala dan batu, meninggalkan Allah, dan kami dipaksa untuk menghalalkan semua kejahatan yang dahulu kami kerjakan. Ketika mereka memaksa dan menekan kami dengan berbagai siksaan serta menghalangi dalam melaksanakan keyakinan kami, maka kami meninggalkan kampung halaman menu negeri tuan. Kami memilih tempat ini karena kami yakin tuan tidak akan menolak, bahkan kami berbesar harapan akan mendapat perlindungan, tidak akan dianiaya oleh siapa pun di negeri tuan ini.”
Hadirin sidang jumat rahimakumullah!
Begitulah dengan gamblang dan tegas serta meyakinkan Ja’far menyampaikan tentang isi Islam di hadapan Raja Najasyi. Apabila di ibaratkan pada zaman sekarang, mungkin Ja’far bin Abi Thalib itu adalah seorang diplomat senior yang pandai berdiplomasi, sehingga Raja Najasyi tunduk, tidak bisa menolak kedatangan kaum Muslimin, bahkan tidak mengabulkan permohonan kaum Musyrikin untuk mengembalikan mereka.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ