Sejarah Jabal Rahmah yang terletak di padang Arafah perlu diketahui oleh para jamaah Haji atau umrah agar dapat menambah keimanan akan kebesaran Allah SWT.
Jabal Rahmah adalah bukit yang jadi kebanggaan umat Islam seluruh dunia dikarenakan bukit tersebut, saksi bisu pertemuan Nabi Adam bersama istri tercinta (Hawa).
Maka kita sebagai umat Islam wajib tahu tentang sejarah Jabal Rahmah yang mempunyai arti bukit kasih sayang.
Supaya lebih mendalam lagi tentang sejarah Jabal Rahmah (bukit kasih sayang), mari kita baca sejarah sebagai berikut:
Apa Itu Jabal Rahmah
Jabal rahmah adalah bukit batu di padang Arafah, yang terletak sekitar 25 km sebelah tenggara kota Mekkah. Di puncak bukit tersebut terdapat tugu putih yang dibangun untuk mengenang peristiwa penting bagi umat manusia yaitu pertemuan yang sangat mengharukan antara kedua nenek-moyang kita manusia pertama yaitu Nabi Adam AS dan siti Hawa setelah turun dari surga dan dipisahkan Allah SWT selama 200 tahun.

Peristiwa pertemuan kedua nenek-moyang manusia ini diabadikan setiap tahun oleh Nabi Adam AS sendiri dan diteruskan oleh keturunannya sampai saat ini, khususnya sewaktu musim haji dimana banyak jamaah menyempatkan diri naik kebukit ini disela-sela ibadah wukufnya di padang Arafah.
Di Jabal Ramah inilah turun wahyu Allah SWT yang terakhir kepada Rasulullah SAW yaitu surat Al-Maidah Ayat 3 yang beliau bacakan kepada para sahabatnya :
لْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini (saat Nabi berhaji wada) orang-orang kafir telah putus asa (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut pada mereka dan taubatlah pada Allah SWT. Pada hari ini telah aku sempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah aku penuhi akan nikmat-Ku, dan telah aku relakan Islam jadi agamamu”.
QS, AL Maidah : 3
Banyak diantara sahabat nabi Muhammad SAW yang menangis mendengar wahyu itu. Mereka yakin bahwa tak lama lagi Rasulullah SAW akan dipanggil Allah SWT (meninggal) yang ternyata menjadi kenyataan.
Jabal Rahmah berubah warna menjadi warna putih disaat umat Islam berkumpul pada tanggal 9 Dzulhijjah disaat mereka melaksanakan wukuf di Arafah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW Sebagai berikut :
الحجُّ عرفةُ , فمن اَدْرَكَ لَيْلَةَ عرفةَ قبلَ طُلُوْعِ الفَجْرِ من ليلةِ جُمَعٍ فَقَدْ تَمَّ حَجُّـهُ
Haji itu adalah wukuf di ‘Arafah, maka barangsiapa yang mengetahui (wukuf di ‘Arafah) pada malam ‘Arafah, hingga menjelang terbitnya Fajar dari malam berkumpulnya para jama’ah, maka sungguh hajinya telah sempurna.
Hakekat Wukuf di Arafah
Haji merupakan rukun Islam yang kelima dan pokok ibadah yang keempat, yang diperintahkan setelah disyari’atkan ketiga pokok ibadah sebelumnya, yakni shalat, puasa Ramadhan, dan menunaikan zakat.
Ibadah haji mengandung nilai-nilai sejarah. Dari sejak mengenakan pakaian ihram yang melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih. Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul melakukan wukuf di Padang ‘Arafah. Wukuf di Padang ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah itu merupakan puncak ritual ibadah haji di tanah suci dan menjadi salah satu rukun haji, yang menurut Rasulullah SAW bahwa “Haji itu adalah Wukuf di Padang Arafah”, tanpa dengannya, haji tidak sah, sebagaimana sabdanya dalam hadis seperti tersebut di atas.
Kata wukuf berasal dari kata arab “wuquf” dengan akar kata waqafa berarti berhenti, yang dengan pesan moralnya mengajarkan manusia untuk sejenak meninggalkan aktivitas dunianya selama beberapa jam, yakni berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri;
sedangkan kata Arafah berarti naik-mengenali. Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa wukuf di Padang ‘Arafah, pada hakekatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik, tubuh jemaah haji berhenti di Padang Arafah, lalu jiwa-spiritual mereka naik menemui Allah SWT.
Itulah hakekat wukuf di Padang Arafah. Wukuf di Padang Arafah ini memberikan rasa keharuan dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia diminta untuk mempertanggungjawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di dunia.
Di Padang Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan betapa agungnya Allah SWT, serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan sederajat di sisi Allah SWT, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil mendekatkan diri kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Deklarasi Arafah
Sebagai salah satu monumen Ilahi (masyairillah), Arafah merupakan tempat yang amat penting dan bersejarah. Wukuf di Arafah menjadi inti (Core) dari seluruh rangkaian pelaksanaan ibadah Haji. Nabi Muhammad SAW pernah menegaskan:
“al-Hajj ‘Arafah” (Haji adalah ‘Arafah)”
Yang lengkapnya, seperti hadis tersebut di atas. Pernyataan Nabi Muhammad SAW ini, agaknya tidak hanya dimaksudkan untuk untuk menunjukkan pentingnya wukuf di Padang Arafah semata, seperti umumnya dipahami oleh para ahli hukum Islam. Namun, kelihatannya terdapat maksud lain yang ingin beliau sampaikan lewat pernyataannya tersebut. Maksud itu adalah harapan agar kaum muslimin menyimak dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh “Deklarasi Arafah”, yaitu khutbah Nabi Muhammad saw. yang disampaikan kepada para hujjaj di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah.
Dalam khutbah tersebut, Nabi Muhammad SAW mengajak manusia ke jalan Allah SWT, dan menyeru mereka agar menghormati hak-hak suci sesama manusia baik laki-laki maupun perempuan. Dalam khutbah tersebut, Nabi Muhammad SAW antara lain, menegaskan :
“Sesungguhnya darahmu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah suci atas kamu seperti sucinya hari (haji)mu ini, dalam bulanmu (bulan suci Dzulhijjah) ini dan di negerimu (tanah suci) ini” (Lihat Kitab Shahih Muslim bi Syarh al-Nawawi, (182).
Khutbah Arafah seperti terlihat di atas, sangat menekankan pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang harus dijaga dan dihormati. Pesan ini sejalan dengan ajaran Al-Qur’an yang menegaskan bahwa setiap pribadi (individu) manusia harus dihormati hak-haknya, karena setiap pribadi itu mempunyai nilai-nilai kemanusiaan sejagat (universal), sebagaimana tersurat dalam QS al-Ma’idah/05:32, seperti tersebut di atas.
Pesan-pesan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam khutbah Arafah tersebut, sebagian di antaranya, kini dikenal sebagai Hak-hak Asasi Manusia (HAM). Untuk itu, khutbah Arafah dapat disebut dengan nama “Deklarasi Arafah”, karena termasuk salah satu deklarasi menganai HAM itu sendiri. Sebagai deklarasi, khutbah Arafah, tentu mendahului semua deklarasi tentang HAM yang pernah dikenal di dunia Barat.