Beranda Doa-Doa Praktis Tanda tanda Kerasnya Hati Manusia

Tanda tanda Kerasnya Hati Manusia

277
0
Tanda tanda Kerasnya Hati Manusia

Aminsaja.comTanda tanda Kerasnya Hati Manusia. Tanda lembutnya atau hidupnya hati ialah memancarkan cahaya Ilahi dari hati seseorang, meski pun ia belum mendapatkan cahaya itu, disebabkan tebalnya hijab (penghalang).

Tanda-tanda Lembut atau Hidupnya Hati

1. Sedih atas ketaatan yang terlewatkan dan penyesalan atas kesalahan yang telah di lakukan.

2. Bahagia atas amal kebaikan dan sedih atas amal keburukan.

Hal seperti itu, membuktikan bahwa ia termasuk ahli iradah (Orang yang dihendaki dan dicintai Allah SWT). Oleh karena itu, giatlah dalam beramal saleh dan jangan malas.

Tanda-tanda kerasnya Hati Manusia

Ia tidak ada perasaan sedih dan menyesal dalam melakukan kemaksiatan, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Atho’Illah Al-Iskandari sebagai berikut:

من علامات موت القلب عدم الحزن على ما فاتك من الموافقات, وترك الندم على ما فعلته من وجود الزلات

“Di antara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang kau lewati dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kau lakukan”.

Tidak Boleh Putus Asa Atas Rahmat Allah

Jangan sekali-sekali menganggap dosa yang di lakukan itu besar, lalu beranggapan dosa tersebut tidak mungkin diampuni oleh Allah SWT sehingga membuat ia putus asa dari rahmat-Nya. Anggapan semacam itu termasuk sikap tercela dan dapat merusak keimanan seseorang. Bahkan sikap seperti itu lebih buruk dari pada dosa yang ia lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Artinya: “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (QS. Al-Zumar ayat: 53)

Hal itu mencerminkan, bahwa ia tidak tahu tentang Tuhan-Nya dan memperlihatkan bahwa ia mengandalkan diri di hadapan-NYa. Dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya dengan baik tentu akan mengetahui dosa apa saja yang tidak ada ampunannya dan manfaatnya.

Lain halnya jika anggapan itu mendorong pelakunya untuk segera bertobat dan bertekad supaya tidak mengulangi lagi. Ini adalah anggapan yang terpuji dan merupakan tanda keimanan seorang hamba.

Ibnu Mas’ud berkata, “Seorang mukmin melihat dosa seperti halnya melihat gunung yang besar. Ia takut dosa itu runtuh menimpanya. Dan sementara, seorang pendosa melihat dosanya seperti halnya melihat seekor lalat yang hingga di hidungnya. Ketika ia menepisnya, lalat itu pun terbang dan hingga kembali”.

Ada sebagian ulama berkata, “Semakin ketaatan seseorang dianggap kecil, maka ia semakin besar di sisi Allah SWT dan semakin maksiat dianggap besar maka ia akan semakin kecil di sisi-Nya”. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Atho Illah Al-Iskandari sebagai berikut:

لا صغيرة إذا قابلك عدله, ولا كبيرة إذا واجهك فضله

“Tidak ada dosa kecil jika engkau dihadapkan pada keadilan-Nya dan tidak ada dosa besar jika engkau dihadapkan pada karunia-Nya”.

Ketika keadilan Allah SWT berbicara, semua dosa adalah besar. Keadilan Allah SWT adalah kuasa-Nya untuk melakukan apa saja, tanpa ada yang bisa menahan dan melarang-Nya. Jika sifat adil Allah SWT muncul di hadapan orang yang dibenci-Nya, kebaikan-kebaikan orang itu akan diabaikan dan dosa-dosa kecilnya akan dipandang besar.

Adapun karunia Allah SWT adalah pemberian-Nya tanpa berharap balasan dan ganti. Jika karunia itu diberikan pada seseorang, dosa yang ia lakukan akan menjadi kecil. Jika sifat murah hati-Nya muncul di hadapan orang yang dicintai-Nya, semua kesalahan dan keburukannya akan diabaikan, sedangkan dosa besarnya akan dipandang kecil.

Oleh sebab itu, Asy-Syadzili kerap berdoa, “Ya Allah, jadikan keburukan kami keburukan orang-orang yang kau cintai dan jangan jadikan kebaikan kami kebaikan orang yang kau benci”.

Hati yang Di isi dengan Nur Keimanan

A. Akan merasa gelisah jika ia melakukan sebuah kemaksiatan.

B. Akan merasa tenang jika telah mengerjakan hal yang berhubungan dengan ketaatan.

Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Musa al-Asy’ari:

من سرته حسنته وساءته سيئته فهو مؤمن

Artinya: “Barang siapa yang amal kebaikannya membuatnya tenang, dan amal keburukannya membuatnya gelisah, maka termasuk orang yang beriman” (HR. Thabrani).

Hati Manusia Tidak Tentu Pada Satu Arah

Hati merupakan bagian organ tubuh yang sering berbolak-balik, bisa jadi pagi hari mengatakan “iya” sorenya mengatakan “tidak”. Hal tersebut sesuai dengan namanya dalam bahasa Arab yaitu al-qalb yang artinya ‘sesuatu berbolak-balik’. Oleh karena itu, kita perlu menjaga hati dengan tidak mengkonsumsi makanan haram, kita juga dianjurkan untuk berdoa sebagaimana yang diterangkan sebagai berikut:

يا مقلب القلوب ثبت قلبي  علي دينك وطاعتك امين

Ya muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘ala dinika wa tha’atika amin.

“Ya Allah Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati hamba-Mu ini pada agama-Mu dan ketaatan pada-Mu.”

Cara Membuat Hati Tenang

1. Memperbnayak Istighfar

Dalam menghadapi masalah apa pun hendaknya kita selalu mengingat setiap kesalahan dan dosa yang kita buat. Mungkin masalah yang muncul disebabkan kesalahan yang telah kita perbuat sebelumnya. Maka dari itu, perbanyak memohon ampun dengan mengucapkan istighfar. Sebagaimana Rasullah SAW bersabda:

“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”

Artinya: “Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”  (HR. Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta Ahmad Syakir).

Dengan memperbanyak istighfar, maka hati akan menjadi lebih tenang sehingga masalah pun lebih mudah dipecahkan.

Dalam firman disebutkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab 33:41-42).

2. Tawakal Kepada Allah

Tidak ada daya dan upaya selain hanya Allah SWT yang mampu. Maka dari itu, kita semua harus tawakal berserah diri pada Allah SWT dalam menghadapi setiap masalah. Allah berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dialah Yang Mencukupinya” (QS. Ath-Thalaq ayat: 3).

3. Salat

Tidak ada hal yang lebih baik lagi dilakukan untuk menenangkan hati kecuali dengan beribadah. Salah satunya adalah dengan salat. Allah SWT telah berjanji akan menolong hamba-Nya yang sedang dalam masalah jika mereka bersabar dan salat. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Dalam buku La Tahan, Aid Al Warni mengatakan bahwa ketika Rasulullah dilanda ketakutan atau kecemasan, maka ia akan selalu salat. Beliau pernah berkata pada Bilal bahwa ketenangannya ada dalam salat.

4. Selalu Berdoa

Setelah salat, cara lain yang paling tepat untuk menenangkan hati saat ada masalah adalah dengan memperbanyak doa. Doa adalah senjata seorang mukmin dalam menghadapi setiap masalah. Rasulullah SAW pun selalu meminta pertolongan lewat doa-doanya.

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepada-Mu, yang yakin akan bertemu dengan-Mu, yang ridha dengan ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan pemberian-Mu.” (HR. Thabrani)

“Ya Allah tenangkanlah hatiku dan jadikanlah aku orang yang memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.” (HR. Al-Bukhari)

5. Selalu Membaca Al Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang akan selalu menenangkan hati jika dibaca dengan baik. Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Zaadul Ma’ad mengatakan:

“Al-Qur`an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani, demikian pula penyakit dunia dan akhirat. Dan tidaklah setiap orang diberi keahlian dan taufiq untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yang sakit konsisten berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang sempurna, keyakinan yang kokoh, dan menyempurnakan syaratnya, niscaya penyakit apa pun tidak akan mampu menghadapinya selama-lamanya”.

6. Selalu Bersyukur

Ingatlah bahwa tidak ada manusia yang naik tingkat keimanannya tanpa mendapatkan ujian. Maka dari itu, percayalah bahwa setiap orang memiliki ujian yang berbeda-beda. Syukurilah kondisi saat ini karena ada banyak orang di luar sana yang memiliki masalah jauh lebih sulit dan berat.

Mungkin seseorang memiliki masalah, namun ia masih bisa makan, minum, berjalan. Tentu ada orang yang tidak lagi bisa menikmati kenikmatan tersebut lagi, entah karena sakit atau usia. Maka perbanyaklah bersyukur pada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).

Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan dalil ini dengan sebuah riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).

7. Selalu Bersedekah

Sedekah mampu membuat hati menjadi lebih tenang. Dengan sedekah, kita juga akan membuka jalan lebih lebar dari solusi yang ada untuk menyelesaikan masalah.

Allah SWT berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah: 5).

8. Selalu Silaturahmi

Ternyata silaturahmi juga mampu membuat hati menjadi lebih tenang. Hal ini disebabkan kita akan silaturahmi akan memudahkan jalan rezeki kita termasuk kemudahan dalam menyelesaikan masalah.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

Artinya: “Barangsiapa senang untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim (hubungan antar kerabat).” (HR. Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)

Itulah beberapa cara menenangkan hati dalam menghadapi masalah. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga bermanfaat dan menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Aamiin.

Wallahu A’lam Bissowab

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here