Aminsaja.com – Tiga Kunci Kebaikan Dunia dan Akhirat. Sepanjang peradaban umat manusia, sejak diciptakannya Adam AS sampai saat ini, sepanjang itu pula, perilaku manusia terus berulang. Kebaikan dan keburukan akan selalu menghiasi “panggung” di mana manusia tinggal.
Manusia tinggal di dunia ini, bekerja, berjuang untuk mempertaruhkan harta, tenaga, pikiran bahkan jiwanya melainkan untuk menggapai kebahagiaan dan kesuksesan. Tidak peduli apa profesi yang dilakoni/dikerjakan.
Manusia yang berbuat untuk kebaikan diri, keluarga, lingkungan dan agamanya, semua itu dilakukan agar mendapat kebahagiaan dan kesuksesan. Begitu pun sebaliknya, mereka yang senantiasa melakukan pengrusakan untuk diri, keluarga, lingkungan dan agamanya, sadar atau tidak, sejatinya mereka ingin memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan.
perbedaan dari keduanya adalah yang satu memiliki orientasi kebahagiaan jangka panjang (dunia akhirat), berbuat mengharapkan ridha Allah SWT. Sedangkan yang lain berorientasi pada kesenangan sesaat. Manusia bekerja untuk memenuhi hasrat syahwat semata. tidaklah Allah SWT membuat syariat (agama) serta mengutus rasul-Nya, untuk menjadikan kesukaran dan memberatkan manusia.
Allah menurunkan wahyu-Nya, melalui Al-Qur’an bukan menjadikan manusia untuk sengsara. Apa yang Allah telah taklifkan/perintahkan kepada hamba-Nya bukanlah untuk memberatkan atau menyiksa, tapi hakikatnya adalah untuk menghantarkan manusia pada kebahagiaan tanpa batas, dunia dan akhirat.
selain mendapatkan kebahagiaan tanpa batas tersebut, Allah juga menginginkan keteraturan manusia dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah, pembawa kabar gembira (basyiran), menyebarkan kasih sayang pada seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
Bagi yang mengaku beriman tidak perlu ada keraguan sedikitpun mensanksikan apalagi menaruh curiga, bahwa syariat ini tidak akan pernah membawa kesuksesan dan kebahagiaan pada pelakunya.
Seharusnya seseorang mukmin menjalankan aturan Allah ini dengan penuh kesadaran, maka di situlah ia akan menemukan hikmah. ia akan mendapatkan kebaikan-kebaikan yang sangat banyak dari Allah sang pemilik kebaikan.
Khasyatullah (takut kepada Allah) merupakan otak dari pada hikmah itu sendiri. Oleh karenanya, bersyukurlah seseorang yang senantiasa memelihara aturan Allah dan Allah memberikan Hikmah-Nya, itulah kesuksesan dan kebahagiaan hakiki.
Ada tiga kunci kebaikan dunia akhirat yang disebutkan dalam kitab Nashaihul Ibad:
أصل كل خير فى الدنيا والأخرة الخوف من الله ومفتاح الدنيا الشبع ومفتاح الأخرة الجوع
Artinya: “1. Kunci kebaikan dunia dan akhirat adalah rasa takut kepada Allah 2. Kunci dunia adalah kenyang 3. Kunci akhirat adalah lapar”.
Sifat takut kepada Allah SWT dapat mengubah lembaran catatan amal yang awalnya akan diterima dari sebelah kiri menjadi diterima dari arah kanan. Seorang hamba harus selalu berada dalam dua kondisi, yaitu takut dan berharap (khauf wa raja’). Rasa takut mencegah seorang hamba berbuat maksiat dan rasa harap akan mendorongnya untuk selalu beramal saleh.
Ibadah seorang hamba yang penuh pengharapan ridha Allah SWT lebih utama dibandingkan ibadah orang yang takut. Hal itu dikarenakan, seorang hamba yang beribadah dengan rasa harap, hatinya sarat cinta kepada Allah SWT seperti halnya seorang raja, ia dapat membedakan antara orang yang berkhidnat kepadanya karena takut siksanya, karena berharap kebaikannya, atau karena berkhidmat tanpa mengharapkan sesuatu.
Wallahu A’lamu Bissowab